Jakarta - Keberadaan robot sudah tak
lagi dianggap sebagai mainan. Bahkan di dalam lingkungan belajar
mengajar, mesin-mesin bergerak ini mampu memompa semangat belajar siswa.
Nah,
salah satu pemain di industri mainan nan mendidik ini adalah Lego. Tak
hanya ingin sekedar berjualan, Lego menegaskan juga memiliki misi
edukasi dalam setiap menjual produk-produknya.
"Ya, paket Lego Education atau Lego Mikrobot menggeser pola pembelian masyarakat terhadap produk kami. Dari toys, menjadi tools.
Dari mainan menjadi perangkat yang berguna," ungkap Bambang Rusli,
Managing Director CV Pelopor Inovasi selaku distributor tunggal Lego
Mikrobot di Indonesia.
Mulai munculnya kesadaran kalangan
sekolah maupun orang tua murid akan perangkat edukasi yang menarik,
interaktif, namun tidak mengurangi bobot pelajaran di dalamnya juga
menjadi penyebab meningkatnya permintaan akan robot di sekolah-sekolah.
Di sisi lain, anak didik saat ini lebih menyenangi perangkat bersifat
hiburan.
"Siswa saat ini cenderung menyukai sesuatu yang
bersifat menghibur. Dengan robot pada dasarnya siswa belajar bahasa,
fisika, matematika, komputer pemrograman, mekanika bahkan musik juga
bisa dipelajari dari sini. Ini membuat mereka lebih betah saat
belajar," jelasnya kepada dengan detikINET di kampus ITB, Rabu (29/4/2009) petang.
Namun,
keinginan pihak sekolah untuk membawa robot-robot ini ke anak didiknya
tentu terhalang dengan alasan klise, yakni biaya. Alhasil, hanya
sekolah yang memiliki sokongan dana berlimpah saja yang bisa mencicipi
sang robot.
Melihat fenomena yang sulit dihindarkan tersebut,
Lego tentunya harus memutar otak. Mereka pun rela membuat program paket
cicilan buat sekolah yang ingin mengembangkan robotika namun terbatas
dananya.
"Permintaan terhadap perangkat Lego Mikrobot semakin
meningkat seiring dengan makin populernya robotika di Indonesia.
Bahkan, penjualan perangkat pendidikan tersebut diklaimnya saat ini
lebih tinggi dibandingkan penjualan perangkat Lego yang berupa mainan
murni," pungkas Bambang.